Monday, September 17, 2007

Sifat syukur

ALLAH melimpahkan rahmat-Nya kepada manusia sepanjang masa, tanpa sedetik pun terlepas dinikmati manusia. Jika tanpa rahmat Allah sedetik, pasti musnah seluruh alam ini, termasuk manusia dan segala kemegahan yang dikagumi selama ini.

Justeru, hendaklah kita sentiasa sedar dan menyatakan rasa bersyukur kepada-Nya di atas segala nikmat hidup yang dianugerahkan. Sifat menunjukkan rasa bersyukur bukan saja satu amalan seperti mengucapkan rasa berterima kasih sesama manusia.

Sebaliknya, perbuatan yang berkaitan tanda bersyukur juga menjadi bukti tanda keimanan seseorang. Orang beriman sentiasa sedar siapakah dirinya dan tujuan asal diciptakan Allah. Apa yang dinikmati dan dimiliki di dunia ini adalah milik Allah yang dipinjamkan sementara sahaja.

Nikmat yang Allah sediakan untuk manusia amat besar. Manusia tidak mampu menggerakkan anggota badan sendiri tanpa izin Allah. Malah, tidak ada satu sel badan, daripada berbilion-bilion sel dalam badan, dapat berfungsi sendiri melainkan ia ketentuan Allah.

Maka, besarnya kekuasaan Allah dan nikmat diberikan kepada manusia. Sesungguhnya, kehidupan ini serba lengkap dan sempurna. Manusia tidak mampu menghitung apa yang dinikmati kerana tidak ada satu pun melainkan ia adalah ihsan kurniaan Allah.

Sedangkan Allah Maha Pengasih dan Maha Pemurah tidak meminta sebarang balasan terhadap apa dianugerahkan kepada manusia, melainkan beribadat dan bertakwa kepada-Nya.

Setiap yang dilakukan manusia untuk dirinya sendiri baik di dunia mahupun akhirat, Allah tidak mengharapkan pertolongan daripada manusia.

Memandangkan sifat manusia mudah lupa, maka Allah banyak kali memberi peringatan dalam al-Quran yang menyebut kalimah syukur digandingkan dengan kalimah zikr (ingat).

Kedua-dua kalimah itu memberi peringatan supaya manusia mengkaji setiap kejadian alam yang dijadikan Allah, tidak mudah lupa diri dan tidak bersikap angkuh.

Biasanya orang yang tidak bersyukur mudah lupa apabila mendapat kemewahan dan kejayaan hidup. Mereka menganggap itu adalah hasil daripada usahanya sendiri, serta menjadi kufur dan ingkar kepada Allah.

Sedangkan apabila dirinya ditimpa kecelakaan dan kesukaran hidup, maka mudah pula dia hilang pertimbangan dan keyakinan diri, lalu menyalahkan Allah atas nasib yang menimpanya.

Ironinya, mereka tidak pula menganggap kecelakaan dan kegagalan itu berpunca daripada sikapnya sendiri.

Rukun Puasa

Rukun Puasa






"... dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai alam...( AL-Baqarah : 187).


"Adiy bin Hatim berkata : Ketika turun ayat ; artinya (...hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam...), lalu aku mengambil seutas benang hitam dan seutas benang putih, lalu kedua utas benang itu akau simpan dibawah bantalku. Maka pada waktu malam saya amati, tetapi tidak tampak jelas, maka saya pergi menemui Rasulullah saw. dan saya ceritakan hal ini kepada beliau. Beliapun bersabda: Yang dimaksud adalah gelapnya malam dan terangnya siang (fajar). " ( H.R. Bukhary Muslim).


"Allah Ta'ala berfirman : " Dan tidaklah mereka disuruh, kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlashkan ketaatan untukNya " ( Al-Bayyinah :5)


"Rasulullah saw. bersabda : Sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat, dan setiap orang mendapat balasan sesuai dengan apa yang diniatkan." ( H.R Bukhary dan Muslim).


"Diriwayatkan dari Hafshah , ia berkata : Telah bersabda Nabi saw. : Barangsiapa yang tidak beniat (puasa Ramadhan) sejak malam, maka tidak ada puasa baginya ." (HR. Abu Dawud) Hadits Shahih